KETIKA PENYAIR KEHABISAN KATA
Duduk
diam, jari mengenggam pena
Termenung
saling tatap dengan layar yang berkedip-kedip genit
Asap
tembakau memenuhi semua ruang...ruang hati,ruang kosong juga
ruangan
ruang
Sang
asbak telah lama muntah sedari tiga jam tadi
Sang
penyair tetap setia menanti kelahiran si jabang kata hati
Tunggu
menunggu...
Sendiri
menanti...
Biru
layar semakin nakal menggoda
Detik
arloji lantang berdentang
Detak
jantung berdegup hingga ujung gunung renung
Jemari
tangan sang penyair masih terkunci, tak bergerak memeluk pena
Ribuan
kelok lorong otak ditelusuri demi mencari benih puisi
Dalam
laci lemari, di kolong meja kursi, di atas kasur di bawah bantal
Di
sudut pesing kamar mandi, di sela-sela lipatan daki, di gemuruh dengkur
sang
istri, di atas debu kitab suci, di mana lagi?
Sang
penyair terus mencari.........
Di
kosong masa lalu coba mengais kenangan
Di
bayang masa depan menduga terka harapan
Dalam
hati mencaki maki diri sendiri
Sang
iblis menari-nari bernyanyi setia menemani
Lima
cangkir kopi tandas sedari tadi, satu separuh surut dihisap kabut
Mau
bicara apa?
Negara....apa
guna?
Hati....apa
lagii!
Tuhan....apa
iya?
Cinta.....apa
mesra?
Di
tiga dinihari, sang penyair lelah mencari
Di
telinga sang istri, lirih ia berbisik
“aku
kapok jadi penyair...aku mau jadi pengacara saja,mereka tak pernah
kehabisan
kata-kata...”
2 dengkur pun bergumul jadi 1 tanda se 7
Amiiin........ ......... ...........
Diniharidiomahlor,maret’14
0 Response to " KETIKA PENYAIR KEHABISAN KATA"
Post a Comment
Terimakasih Atas Kunjungannya,Dilarang MengCOPAS Tuilsan diblog ini