Sebuah Dongeng Dua Hati 1

Sebuah Dongeng Dua Hati 1

         Aku menatap daerah disekelilingku, aroma pohon ek, pinus dan desisan air terjun yang mengalir dengan derasnya. Dimana aku? Bukankah seharusnya aku berada dirumah? Lalu, kenapa aku bisa berada disekitar bukit ini? Mataku menatap pelangi tujuh warna yang membentang indah diantara bukit hijau lainnya yang lembut. Aku dapat merasakan lembutnya rumput saat kaki jenjangku berjalan diatas  rerumputan bukit yang kupijaki ini. Kuhirup udara segar hingga memenuhi rongga-rongga dalam tubuhku yang melindungi paru-paru dan organ lainnya. Berputar dan terhembuskan keluar dari mulutku dengan perlahan. Kicauan burung bagaikan melodi indah untukku dengar. Samar-samar aku dapat mendengar suara semak-semak yang berada dibalik tubuhku, aku menoleh dan memperhatikan. Ada apa? Akuterus bertanya-tanya didalam hatiku yang gundah. Apakah itu binatang buas?
            Aku merasa sekujur tubuhku bergetar dan pelipisku dipenuhi oleh keringat yang sebesar biji jagung, aku juga merasakan hawa dingin karena ketakutanku ini. Aku melihat bayangan, seperti manusia, atau hewan. Aku terus menebak-nebak hingga yang aku takutkan muncul. Aku terkesiap
akan pemandangan yang ada dihadapanku. Bukan! Bukan sesuatu yang menyeramkan. Melainkan sosok pria tampan yang memiliki paras begitu indah. Rambut pendek seleher danponi samping kananberwarna coklat madu yang terlihat berkilau oleh sinar matahari, bola mata biru laut yang terlihat terang, hidung mancung, pipi tirus dan bibir merah muda yang tipis. Tampannya. Kulihat pria itu tersenyum dan menghampiriku dengan langkahnya yang pelan. Kurasakan hembusan anginmenerpa kami berdua hingga rambutku berkibaran menutupi wajahku, aku memejamkan mata saat angin terasa sangat kuat menghantam wajahku. Saat kurasakan angin sudah tak berhembus lagi, aku membuka kedua mataku dengan perlahan. Lagi-lagi aku dibuat kaget dengan adanya wajah pria itu yang berdiri dengan jarak yang cukup dekat dengan wajahku.

Sebuah Dongeng Dua Hati 1

            Aku dapat merasakan hembusan hangat nafasnya yang menerpa wajahku, bola mata birunya memandangku dengan lembut, jari-jarinya yang hangat menyapukan helaian anak rambut dari wajahku, ia menyelipkan anak-anak rambut itu disela-sela telingaku. Ia tersenyum dan menjauhkan tanganya dari wajahku. Sekarang aku dapat merasakan kalau wajahku memanas dan jantungku berdegup dengan kencang, seolah-olah ingin melarikan diri dari tubuhku. Dengan ragu, aku menjauhkan jarak antara wajahku dengan wajahnya. Aku mulai bertanya dengan suaraku yang bergetar, “Bolehkah aku bertanya, ada dimana aku ini?” aku berusaha sebisa mungkin menahan beban tubuhku yang terasa begitu berat karena kaki-kakiku sudah lemas untuk menyangga tubuhku ini.
            “Dengan senang hati nona, kamu berada didunia mimpi. Bolehkah aku mengetahui namamu?” Pria itu mengulurkan tangannya kepadaku, aku menerima uluran tangan itu dengan lembut. Hangat dan terasa begitu nyaman. Aku tersenyum manis kepadanya. “Namaku, Hani. Kamu bisa menganggilku dengan sebutan, Han.”
            “Aku Kenza. Kamu bisa memanggilku Ken, s
enang berkenalan dengamu, Han.” Aku mengagguk dan tersenyum.
            “Mmm..kalau aku boleh bertanya, apa maksudmu aku berada di
dunia mimipi? Aku belum pernah mendengar nama tempat ini?” Aku bertanya lalu duduk direrumputan yang lembut. Berhati-hati agar drees berwarna putih vanilla yang aku kenakan ini tidak terlipat dan menjadi kusut. Ia juga duduk disampingku. Lagi-lagi hembusan angin menerpa wajah kami berdua. Aroma kayu manis terasa begitu manis saat terhirup. 

0 Response to "Sebuah Dongeng Dua Hati 1"

Post a Comment

Terimakasih Atas Kunjungannya,Dilarang MengCOPAS Tuilsan diblog ini